Indonesia kebanjiran ekspansi waralaba (franchise) asing. Beberapa waralaba dari sektor makanan minuman akan memasuki pasar domestik pada akhir tahun.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar menuturkan, akan ada sekitar 10-15 perusahaan yang siap berekspansi di Indonesia pada Desember 2011. Waralaba itu bergerak dalam usaha pelayanan jasa dan makanan siap saji (fast food). “Untuk fast food itu dari Amerika Serikat,” ujarnya.
Selain Amerika Serikat, waralaba asal Malaysia, Jepang, dan Korea juga akan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Sama seperti Amerika Serikat, ketiga negara Asia itu juga membidik Indonesia sebagai pasar waralaba kuliner dan makanan cepat saji. Misalnya, Jepang akan memperluas waralaba sushi, ramen (mie) dan yakitori (sate).
Potensi pasar menjanjikan
Banyaknya agresi waralaba asing dari sektor makanan minuman yang memperluas jaringannya ke Indonesia lantaran potensi pasar yang menjanjikan. Hal tersebut ditunjang dengan kemudahan membuat waralaba. Dana yang dibutuhkan untuk membangun gerai makanan siap saji hanya sekitar Rp 50 juta-Rp 100 juta per gerai.
Maka tidak mengherankan omset waralaba makanan minuman terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2010, omset waralaba makanan minuman mencapai Rp 42,6 triliun. Angka itu diperkirakan dapat meningkat hingga Rp 49 triliun hingga akhir 2011. “Soalnya domestic consumption kita tinggi,” ujarnya.
Namun, dia mengutarakan, tidak melulu mengutamakan waralaba asing sebagai pendongkrak dunia usaha itu. Waralaba lokal pun kian menjamur karena melihat potensi bisnisnya. Pada 2010 waralaba di Indonesia berjumlah 1.500 unit usaha. Anang memprediksi jumlahnya akan meningkat menjadi 1.700 unit usaha hingga akhir 2011.
Untuk diketahui, dari 1.500 unit usaha sebanyak 90 persen merupakan waralaba business opportunity (BO) yang masuk level usaha kecil menengah (UKM). Menurut Anang, BO itu memiliki pertumbuhan sekitar 10 persen per tahun. Angka itu jauh lebih tinggi ketimbang waralaba besar yang hanya tumbuh 2 persen.
Meski pertumbuhan BO tinggi, kata Anang, banyak di antaranya yang tidak mampu melanjutkan usahanya. Sebab, tidak memiliki kemampuan untuk menyempurnakan usaha dan tidak memiliki unsur pembinaan. “Padahal, BO bisa dikembangkan menjadi bisnis franchise,” tambahnya.
Hanya, dia memastikan, bisnis waralaba memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan. Berdasarkan data AFI, omzet waralaba keseluruhan mencapai Rp 114,6 triliun pada 2010. Angka itu diperkirakan naik menjadi Rp 135,4 triliun. Sektor yang berkontribusi besar terhadap omset waralaba secara keseluruhan meliputi makanan minuman, ritel, jasa ekspedisi, jasa pendidikan, kecantikan dan kesehatan, fesyen dan aksesori, serta otomotif.
sumber: kompas.com, kontan.co.id, kipas.web.id